Tiga hari yang
lalu seorang teman memintaku untuk mencari film berjudul 500 Days of Summer. Katanya
ini film lama namun sangat menyentuh (yaelah) .. Dasar cewek, demen banget sama
film yang “menyentuh”. Namun, demi menyenangkan temanku ini akau berjibaku di
ganool dan berbagai situs film untuk menvcari film tersebut berikut subtitlenya
dan yes, setelah lebih dari 1 jam mendownload di warnet akhirnya dapat juga tuh
film.
Sudah sifat
dasar manusia selalu ingin tahu. Akupun memutuskan menonton film itu sebelum
filenya kuserahkan pada temanku. Kesimpulan akhirnya, aku sempat terhanyut
begitu menonton film ini. Ini bukan seperti film lebay ala sinetron Indonesia
dimana tokoh utamanya hanya bisa bersabar dan menangis. Film ini benar-benar
real dengan keadaan yang mungkin banyak kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Bahkan aku sempat berpikir nih film kayaknya diambil dari kisah
nyata hidupku, soalnya persis banget, kecuali di beberapa adegan, hehehe ..
Film ini
diawali dengan sebuah tagline : “This is
not a love story, This is story about love”. Bingung kan ?? Awalnya akupun
sempat bingung, namun setelah nonton dari awal sampai akhir baru aku paham. Ya
film ini bukanlah cerita tentang percintaan Tom (Joseph
Gordon-Levitt), si tokoh utama pria dan Summer (Zooey Deschanel), si tokoh utama wanita. Film ini
adalah kisah tentang cinta itu sendiri.
Dikisahkan Tom yang bekerja sebagai pembuat kartu ucapan
sangat percaya pada konsep “True Love” dan ia yakin bahwa seorang wanita telah
diciptakan menjadi “The One” baginya. Ia pun bertemu dengan Summer dan ia
meyakini bahwa Summer adalah “The One”-nya, bahagian hatinya yang hilang.
Summer bukanlah wanita yang mempercayai konsep cinta seperti Tom, ia hanya
bersenang-senang dengan cinta itu. Tom awalnya sangat bahagia karena ia dan
Summer memiliki banyak kesamaan bahkan ia rela menjalin hubungan tanpa status
dengan Summer sambil berharap kelak Summer akan benar-benar menjadi “the one”-nya.
Namun seiring berjalan waktu, ia tahu bahwa Summer tidak terlalu menanggapi
serius hubungan mereka. Tom pun frustasi. Pekerjaannya jadi amburadul dan ia
jadi suka melamun. Sampai akhirnya ia mulai ragu dengan konsep “True Love” yang
diyakininya selama ini.
Akan tetapi, ketika ia kembali bertemu dengan Summer setelah
bertahun-tahun berpisah, ia mulai meyakini bahwa sepertinya “The one”-nya
memang benar-benar Summer. Ia mengabaikan semua hal kecuali Summer. Ia lakukan
apa saja demi Summer, bahkan mengabaikan nasehat teman-teman dan adik
perempuannya sendiri. Tom baru berubah ketika bertemu dengan Summer dan melihat
cincin kawin di jari manisnya. Sempat frustasi namun kemudian Tom belajar untuk
bangkit ..
Salah satu momen yang menarik adalah ketika Summer berkata, “Kau
benar, cinta sejati itu memang ada, tapi tidak serumit yang kau kira. Hal-hal
biasa yang terjadi di sekitar kita bisa jadi cinta sejati itu sendiri.”
Maksudnya adalah, kebanyakan kita berpikir terlalu di angan-angan tentang
konsep cinta sejati. Padahal, tanpa disadari orang-orang biasa yang kita lewati
itu adalah cinta sejatinya. Tidak ribet seperti Tom yang berpikir bahwa cinta
sejatinya itu adalah sosok yang benar-benar sempurna.
Film ini bukan sekedar mengajarkan tentang apa itu cinta
sejati yang sebenarnya. Film ini juga menjelaskan apa itu “Pesimis” dan “Realistis”.
Pesimis adalah sikap yang tidak ada lagi pengharapan. Semua sudah berakhir dan
tak mungkin. Seperti Tom yang sudah tidak memandang wanita lain di sekitarnya
hanya karena Summer yang disukainya. Realistis adalah sikap meyakini sesuatu
dengan cara yang wajar. Seperti ucapan Summer menjelang akhir film, “Cinta
sejati memang ada tapi tidak serumit yang kau pikirkan”.
Dalam
kehidupan kita pasti ada sosok seperti Summer yang sangat kita harapkan untuk
menjadi pasangan kita. Ia membuat kita jatuh, hilang akal, dan cenderung
melakukan sesuatu secara berlebihan. Tapi pada akhirnya ketika sosok itu tak
jadi milik kita, justru kita sadar ia cuma hiasan perjalanan hidup kita. Summer dalam film ini bisa juga berarti harapan
dan mimpi-mimpi kita. Ya, realitas terkadang tidak sesuai dengan harapan kita, bahkan
cenderung membunuh mimpi kita. Tapi itulah realitas (kenyataan). Harus
dihadapi, dijalani, dicari solusinya dan dinikmati.
Pada akhirnya
berhentilah pesimis, dan mulailah bersikap realistis. Bahagia itu sifatnya
sederhana. Buat apa menginginkan sesuatu yang sempurna untuk membahagiakan kita
bila hal kecil seperti tertawa masih bisa membuat kita bahagia. Jadi nikmatilah
hal-hal sederhana yang membuatmu bahagia.
Ya, anyway,
film ini benar-benar menarik buat kalian yang merasa udah hilang harapan dan
masih terjebak di masa lalu, sperti saya (hehe) .. Ya saya juga pernah punya
sosok “Summer”, ia membahagiakan, meninggalkan dan yang terpenting mendewasakan
saya. Sekarang pun ada satu sosok lagi, dan sepertinya ia hanya akan menjadi “Summer”
ke dua dalam hidup saya .. Saat ini ia benar-benar membahagiakan, entahlah esok
hari. Tapi yang jelas akan terus belajar untuk realistis. Seperti kata Aidh Al
Qarni dalam La tahzan : Bisa jadi yang
sukai adalah buruk buatmu, dan bisa jadi yang kau benci justru baik buatmu. Allah
Swt tahu apa yang paling baik bagimu …..
0 comments
Posting Komentar